Seluruh manusia tentu pernah dihadapkan dengan permasalahan ataupun dengan cobaan yang datang secara tiba-tiba. Tiada satupun manusia yang lahir di dunia ini tanpa dihadapkan dengan cobaan ataupun permasalahan dlam hidup nya.
" Allah sedang menguji Hambanya",
mungkin itulah mengapa kita diberikan dengan cobaan. Apakah kita mampu melewati
itu dengan sabar. Kunci dari kesabaran ialah menahan lisan dan keluhan.
Allah tidak memberikan hamba- hamba-
Nya dengan hal- hal yang berat, tetapi Allah memberikan dengan kemampuan setiap
hambanya. Hidup di Dunia ibaratkan menanam di lading, jika kita menanam
kebaikan pasti akan membuahkan kebaikan pula, Namun sebaliknya jika kita
menanam keburukan di dunia, niscaya keburukan yang akan kita tuai pula.
Penafsiran dari Sabar
Mengutip Ensiklopedi Tasawuf Imam
Ghazali karya Luqman Junaedi, sabar mempunyai makna yang luas. Sikap Sabar
tidak hanya kita amalkan ketika kita tertimpa bencana atau musibah yang menerpa
kita. Namun, kapapun kita harus menanamkan sikap sabar di kehidupan
sehari-hari.
Menahan diri untuk tidak
melaksanakan hal- hal yang berlawanan dengan hukum Islam termasuk dalam Sabar.
Menahan diri dalam kondisi luas serta kondisi sempit serta dari hawa nafsu yang
menggoyahkan Iman kita.
Tingkatan maqamat yang wajib dilalui
oleh tiap manusia yang beriman salah satunya ialah Sabar. Manusia yang mau berada
dalam jalan yang di ridhai oleh Allah SWT akan menempuh jalan tersebut dengan Sabar.
Dalam kitab yang sama, menurut
Sahla, sabar ialah mengharapkan kebahagian dari Allah serta suatu yang sangat
mulia pun juga yang utama. Bagi sufi lain, sabar merupakan berlaku sabar dengan
kesabaran dengan artian tidak mencari kebahagiaan serta kesenangan dalam
bersabar.
Sebaliknya, menurut Abu Ismail al
Harawi dalam Kitab Manazil as- Sairin, sabar merupakan menahan diri dari hal-
hal yang tidak disenangi serta menahan lisan dari ucapan yang tidak berguna. Sedangkan
Sabar yang paling lemah ialah sabar karena Allah.
Walaupun demikian, Ibnu Taimiyah
berkata sabar dalam bencana ialah perilaku sabar yang sangat utama. Bila seorang
mempunyai tekanan pikiran, risih, resah, serta dalam keadaan sulit maka sebaik-
baiknya senjata ialah bersabar
Makna Laa Yukallifullahu Nafsan Illa Wusaha
Laa yukallifullahu nafsan illa wus’aha
tulisan arab beserta maksudnya ialah potongan ayat dari Surat Al- baqarah ayat
286
La yukallifullahu nafsan illa wus’aha
Yang Artinya:
Allah tidak membebani seorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.( QS. Al- Baqarah: 286)
Bacaan lengkap dari Surat Al-
Baqarah ayat 286 adalah sebagai berikut,
La yukallifullahu nafsan illa
wusaha, laha ma kasabat wa alaiha maktasabat, rabbana la tu`akhizna in nasina
au akhta`na, rabbana wa la tahmil alaina israng kama hamaltahu alallazina ming
qablina, rabbana wa la tuhammilna ma la taqata lana bih, wafu anna, waghfir lana,
war- hamna, anta maulana fansurna alal- qaumil- kafirin
Yang artinya:
Allah tidak hendak membebani seorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala( dari kebajikan)
yang diusahakannya serta dia mendapatkan siksa( dari kejahatannya) yang
dikerjakannya.( Mereka berdoa):" Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum
kami bila kami kurang ingat ataupun kami bersalah. Ya tuhan kami, janganlah
Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada
orang- orang saat sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada
kami apa yang tidak mampu kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami;
serta rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum
yang kafir.( QS. Al- Baqarah: 286)
Tafsir Surat Al- Baqarah Ayat 286
Tafsir Surat Al Baqarah ayat 286 ini
kami rangkumkan dari Tafsir kitab Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir
Al Azhar serta Tafsir Al Munir. Dengan Harapan, supaya bisa terhimpun banyak
faedah yang kaya khazanah,ringkas serta mudah dimengerti.
Kami rangkumkan menjadi beberap poin diawali dari redaksi ayat
dengan arti nya. Kemudian kami jabarkan dengan tafsirnya yang merupakan
intisari dari tafsir- tafsir di atas.
1.
Allah tidak membebani di luar kekuatan hamba-Nya
Poin awal dari Surat Al Baqarah ayat
286, Allah tidak membebani di luar kekuatan hamba- Nya.
لَايُكَلِّفُاللَّهُنَفْسًاإِلَّاوُسْعَهَا
Allah tidak membebani seorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ayat ini menggambarkan Allah sangat
lemah lembut kepada hamba- Nya. Serta Pula menggambarkan betapa besar kasih
sayang Allah kepada hamba- Nya.
Ibnu Katsir menerangkan, sekalipun
Allah Subhanahu wa Ta’ ala melaksanakan perhitungan hisab, namun Ia tidak
menyiksa kecuali terhadap hal- hal yang seorang mempunyai kemampuan buat
menolaknya. Begitu pula jika seorang tidak mempunyai kemampuan menolaknya,
misalnya bisikan hati, manusia tidak dibebaninya. Serta benci terhadap bisikan
yang jahat.
Ayat ini ialah uraian dari sebagian
ulama menyebutnya menasakh- ayat 284:
وَإِنْتُبْدُوامَافِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ
تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِا للَّهُ
Dan jika kamu melahirkan apa yang
terdapat di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat
perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu.( QS. Al Baqarah: 284)
Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar
menerangkan, tidak terdapat kewajiban yang Allah bebankan kepada seseorang
hamba melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Misalnya, kewajiban shalat. Untuk
yang tidak dapat berdiri, boleh dengan duduk. Yang tidak dapat duduk, boleh
dengan tiduran. Jika masih tidak bisa, boleh dengan isyarat. Bila isyarat saja
telah tidak dapat hingga di Shalati dengan shalat Jenazah.
2.
Pahala serta dosa atas perbuatan
Poin kedua dari Surat Al Baqarah
ayat 286 merupakan pahala serta dosa yang Allah tetapkan bersumber pada apa
yang manusia kerjakan.
لَهَامَاكَسَبَتْوَعَلَيْهَامَااكْتَسَبَتْ
Tak mendapat pahala (dari kebajikan)
yang diusahakannya serta dia mendapatkan siksa( dari kejahatan) yang dikerjakannya.
Kita menemukan pahala dari kebaikan
yang kita kerjakan serta menemukan siksa dari kejahatan yang kita kerjakan.
Bukan terhadap lintasan hati yang manusia tidak mempunyai kemampuan menolaknya.
Kata laha(لها) terjemahannya ialah baginya,
yakni pahala. Sebaliknya kata ‘alaiha (عليها) terjemahannya ialah atasnya, yakni
dosa. Sebab dalam bahasa Arab, ‘ala digunakan antara lain buat menggambarkan
suatu yang negatif.
Penggunaan kata kasabat (كسبت) dalam ayat ini untuk menunjukkan
usaha yang baik serta iktasabat (اكتسبت) untuk menunjukkan dosa. Walaupun pangkal katanya
sama, kasabat menggambarkan usaha yang mudah, sebaliknya iktasabat
menggambarkan usaha ekstra yang serius.
Kasabat dapat bermakna mudah sebab cocok
dengan fitrah. Sebaliknya iktasabat bermakna berat sebab dosa serta kejatahan
tentu berlawanan dengan fitrah, menimbulkan pertentangan batin, kegelisahan,
serta sebagainya.
3.
Allah memaafkan kurang ingat serta kekeliruan
Poin ketiga dari Surat Al Baqarah
ayat 286 merupakan permohonan kepada Allah supaya tidak menghukum karena kurang
ingat(lupa) ataupun kekeliruan manusia.
رَبَّنَالَاتُؤَاخِذْنَاإِنْنَسِينَاأَوْأَخْطَأْنَا
( Mereka berdoa):“ Ya Tuhan kami,
janganlah Engkau hukum kami bila kami lupa ataupun kami bersalah.
Allah mengajarkan kepada hamba- Nya cara berdoa serta dan akan mengabulkannya.
Ialah dengan meminta kepada Allah supaya tidak menghukum kala lupa ataupun ketika
keliru yang dibenarkan dalam beramal tersebab ketidaktahuan.
Permohonan ini Allah kabulkan. Serta
Rasulullah shallallahu‘ alaihi wasallam pula menarangkan dalam sabda Nya:
إِنَّاللَّهَوَضَعَعَنْأُمَّتِىالْخَطَأَوَالنِّسْيَانَوَمَااسْتُكْرِهُواعَلَيْهِ
Sebetulnya Allah memaafkan umatku terhadap 3 masalah, ialah keliru, kurang ingat(lupa) serta dipaksa.( HR. Ibnu Majah; shahih)
4. Memohon tidak dibebabi amal yang
berat
Poin keempat dari Pesan Al Baqarah ayat 286 merupakan permohonan kepada Allah supaya tidak membebankan amal- amal yang berat.
رَبَّنَاوَلَاتَحْمِلْعَلَيْنَاإِصْرًاكَمَاحَمَلْتَهُعَلَىالَّذِينَمِنْقَبْلِنَا
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang- orang saat sebelum kami.
Ialah meminta kepada Allah supaya tidak membebankan amal- amal yang berat sebagaimana kalangan terdahulu walaupun mampu mengerjakannya. Misalnya perintah kepada Bani Israil supaya menyudahi bekerja sama sekali pada hari Sabtu. Walaupun dapat dicoba, ini sangat berat. Serta alhamdulillah Allah tidak memberlakukan itu buat umat Rasulullah. Di hari Jumat, usai Sholat Jumat malah disarankan bertebaran di muka bumi buat mencari karunia- Nya.
5. Memohon tidak dibebabi beban yang
tidak mampu memikulnya
Poin kelima dari Pesan Al Baqarah ayat 286 merupakan permohonan kepada Allah supaya tidak membebankan beban yang tidak mampu dipikul.
رَبَّنَاوَلَاتُحَمِّلْنَامَالَاطَاقَةَلَنَابِهِ
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak mampu kami memikulnya.
Ialah beban, bencana, serta tes. Dengan kata lain, ya Allah janganlah Engkau menguji kami dengan cobaan yang kami tidak mampu menghadapinya.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menarangkan,“ Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak mampu kami memikulnya. Baik itu berbentuk kewajiban- kewajiban, bencana ataupun musibah. Hingga, janganlah Engkau menimpakan kepada kami fitnah- fitnah yang tiada kuasa untuk kami menghadapinya.”
6. Meminta ampunan serta rahmat
Poin keenam dari Pesan Al Baqarah ayat 286 merupakan permohonan ampunan serta rahmat.
وَاعْفُعَنَّاوَاغْفِرْلَنَاوَارْحَمْنَا
Beri maaflah kami; ampunilah kami; serta rahmatilah kami.
Selanjutnya, meminta pemaafan dari Allah serta ampunan- Nya atas seluruh kelalaian serta kekeliruan. Ibnu Katsir menarangkan, wa’ fu anna merupakan permohonan maaf atas seluruh kesalahan yang terjalin antara hamba dengan Allah. Sebaliknya waghfirlana merupakan permohonan ampun atas seluruh kesalahan antara hamba dengan sesama manusia.
Pula meminta rahmat- Nya. Di antara lain berbentuk penjagaan supaya tidak terjerumus ke dalam dosa yang lain.
Jadi, seorang yang berdosa memerlukan 3 perihal. Awal, pemaafan dari Allah atas dosanya. Kedua, Allah menutupi dosanya dari mata hamba- Nya sampai dia tidak dipermalukan. Ketiga, Allah memeliharanya supaya tidak terjerumus pada dosa selanjutnya.
7. Memohon pertolongan, terhadap kaum
kafir
Poin ketujuh dari Pesan Al Baqarah ayat 286 merupakan permohonan pertolongan terhadap kaum kafir.
أَنْتَمَوْلَانَافَانْصُرْنَاعَلَىالْقَوْمِالْكَافِرِينَ
Engkaulah Penolong kami, hingga tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.”
Engkau merupakan pelindung serta penolong, ya Allah. Cuma kepada- Mu kami bertawakal. Cuma Engkau- lah yang kami mintai pertolongan. Hingga tolonglah kami terhadap orang- orang yang kafir kepada- Mu. Menangkanlah kami dalam mengalami mereka baik dengan argumentasi ataupun kekuatan raga di medan perang.
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’ an menarangkan, doa- doa dalam ayat terakhir Pesan Al Baqarah ini menggambarkan kondisi orang- orang beriman bersama Tuhannya. Pula pemahaman mereka terhadap kelemahan serta kekurangan mereka, kebutuhan mereka kepada rahmat serta ampunan- Nya, dorongan serta pertolongan- Nya.
Posting Komentar
Posting Komentar